MPI FTIK IAIN Manado — Pada sosialisasi tahapan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2024 yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi Sulawesi Utara pada Jumat, 12 Juli 2024, Kaprodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Abdul Muis Daeng Pawero, M.Pd turut berpartisipasi sebagai narasumber dan menyampaikan beberapa poin penting terkait kesiapan pemilih dalam menghadapi pemilu mendatang. Salah satu topik utama yang disoroti adalah pentingnya kecerdasan dalam memilih pemimpin, terutama di era digital yang terus berkembang.
Dalam diskusi tersebut, Kaprodi MPI menegaskan bahwa masyarakat, terutama generasi muda, harus cerdas dalam memilih. Namun, perkembangan teknologi digital telah menggeser makna kecerdasan itu sendiri. Dahulu, kecerdasan lebih dimaknai sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kini, kecerdasan sering kali diartikan sebagai kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital dengan efisien. Hal ini menimbulkan tantangan baru dalam memastikan bahwa pemilih dapat membuat keputusan yang baik dan berdasarkan informasi yang akurat.
Materi yang disampaikan juga merujuk pada buku “Nudge” karya Richard Thaler, yang membahas tentang dorongan tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih. Dorongan ini sering kali tidak disadari, namun berdampak signifikan pada pengambilan keputusan. Dalam konteks pemilihan pemimpin politik, dorongan tersebut dapat datang dari berbagai sumber, termasuk media, kampanye, dan lingkungan sosial.
Salah satu temuan menarik dari diskusi adalah adanya kecenderungan beberapa tipe kepribadian untuk membuat keputusan berdasarkan pertimbangan ekonomi jangka pendek. Hal ini sering kali dipengaruhi oleh dorongan tertentu yang diberikan oleh “arsitek pilihan”, yaitu pihak yang merancang lingkungan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil cenderung lebih fokus pada manfaat ekonomi langsung, daripada hasil reflektif jangka panjang.
Selain itu, dalam diskusi tersebut, Abdul Muis juga menggarisbawahi teori tentang dua sistem berpikir manusia: 1) sistem berpikir otomatis dan 2) sistem berpikir reflektif. Sistem berpikir otomatis bekerja cepat dan berdasarkan intuisi, sementara sistem berpikir reflektif lebih lambat dan membutuhkan analisis mendalam. Kedua sistem ini berperan penting dalam proses pengambilan keputusan, termasuk dalam memilih calon pemimpin politik.
Diskusi ini memberikan wawasan yang mendalam tentang berbagai faktor yang mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya. Di tengah arus informasi yang deras dan perkembangan teknologi yang pesat, pemilih diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan yang lebih holistik, memadukan kemampuan berpikir kritis dengan pemanfaatan teknologi digital secara bijak (admin)